Nama : Rosmaulida Nur Hasanah
NIM : 175221039
Kelas : Akuntansi Syariah 2A
Pencarian Tuhan
dan Suri Teladannya
Sumber Informasi:
Diupload Oleh : Fahri Yansyah
Dipublikasikan : 9 Agustus 2017.
Diproduksi Oleh :
PT. Merak Indo Cipta Kreasi
Deskripsi Video:
Nabi Ibrahim dikenal sebagai ayah
dari para Nabi. Pada masa Nabi Ibrahim
lahir, terdapat raja yang berkuasa yaitu Raja Namrud. Raja Namrud mengeluarkan
undang-undang yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir di
negeri itu. Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala milik Raja Namrud untuk
menyadarkan para kaum berhala untuk menyembah Allah dan kembali ke jalan yang
benar. Keyakinan dan keteguhan terhadap agama Islam yang kuat dimulai ketika
dia mulai mencari keberadaan Tuhan. Dia tidak mau orang-orang di sekitarnya
menyembah berhala-berhala tersebut, namun dia dibakar hidup-hidup karena titah
Raja Namrud. Namun, dengan kekuasaan Allah SWT, dia tidak mati dan dia selamat
dari api yang sangat panas.
Deskripsi Isi:
Menurut
silsilah, Nabi Ibrahim merupakan anak dari Azzar. Pada masa Nabi Ibrahim lahir,
terdapat raja yang berkuasa yaitu Raja Namrud. Raja Namrud mengeluarkan
undang-undang yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir di
negeri itu. Walaupun ayah Nabi Ibrahim penyembah berhala, ia tidak sampai hati
untuk membunuh Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim
akhirnya dibuang ke hutan oleh ayahnya agar terhindar dari incaran Raja Namrud.
Di dalam hutan tersebut Nabi Ibrahim bertambah besar dan sehat. Makanan yang
dimakannya adalah madu yang keluar saat ia menghisap jarinya. Karena kuasa
Allah-lah sehingga ia bisa melakukan hal tersebut.
Setelah Nabi
Ibrahim mulai besar, ayahnya membawa pulang Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tumbuh
menjadi anak yang pintar dan dianugerahkan kemampuan membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Nabi Ibrahim selalu bertanya-tanya tentang alam semesta
ini. Siapakah pencipta alam semesta ini? Siapa pula yang menguasai alam semesta
ini? Namun, tak ada seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan itu dan orang
tuanya pun tidak dapat menjawab pertanyaan Nabi.
Pernah sekali
Nabi Ibrahim bertanya kepada ayah dan kaumnya, “Apakah patung-patung ini yang
sangat kalian sembah?” Para penyembah patung itu menjawab, “Nenek moyang kami
menyembahnya sejak dahulu.” Nabi Ibrahim paham bahwa patung yang disembah
mereka tidak dapat memberikan apapun kepada mereka. Mereka menyembah patung
karena ajaran nenek moyang terdahulu. Mereka juga menganggap bahwa
patung-patung tersebut membawa keberkatan, ketentraman, dan kedamaian.
Ketika malam
datang, Nabi Ibrahim melihat bulan, dan Nabi menyangka bahwa bulan tersebut
adalah Tuhan. Namun, ketika pagi datang bulan pun terbenam, Nabi Ibrahim
berkata, “Aku tidak suka kepada yang tenggelam,”. Kemudian pada malam
berikutnya, Nabi melihat bintang yang bersinar, dan Nabi pun juga menyangka
bahwa bintang tersebut adalah Tuhan. Tetapi ketika bintang tersebut terbenam, Nabi
Ibrahim pun merasa kecewa.
Pada suatu
siang, Nabi Ibrahim melihat matahari yang sangat besar melebihi bulan dan
bersinar terang melebihi bintang pada malam hari. Dan Nabi Ibrahim berkata,
“Inilah Tuhanku, ini lebih besar,”. Namun, ternyata matahari juga terbenam.
Betapa sangat kecewanya Nabi Ibrahim pada saat itu.
Nabi Ibrahim
yang diberi kecerdasan, akhirnya mengetahui dengan kedalaman pikirannya bahwa
Allah itu satu. Dan Allah-lah yang melindungi alam semesta ini, penguasa alam
semesta ini. Nabi Ibrahim bertekad membersihkan kaumnya dari kemusyrikan dan
menyelamatkan mereka dari kebodohan yang menyesatkan mereka.
Suatu ketika
secara diam-diam, Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala menggunakan
kapak hingga berkeping-keping. Semua patung dihancurkan kecuali patung yang
paling besar. Setelah itu, kapak tersebut diletakkannya di sisi patung yang
paling besar. Kemudian, Nabi Ibrahim dengan diam-diam pergi dari tempat
tersebut tanpa ada seorang pun yang melihatnya.
Raja Namrud yang
mengetahui dan melihat bahwa berhala-berhala di tempat peribadahan tersebut
hancur, ia menjadi berang. Masyarakat sekitar terkejut dan bertanya-tanya siapa
yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka itu. Salah seorang dari mereka
berkata “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala itu,
namanya Ibrahim,”
Nabi Ibrahim
ditangkap dan dihadapkan pada Raja Namrud. Sang raja bertanya, “Hai Ibrahim!
Apakah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut?” Tanpa
ragu-ragu Nabi Ibrahim menjawab, “Bukan aku yang melakukannya, tetapi berhala
yang paling besar tersebut yang telah melakukannya. Tanyakan saja kepada patung
itu, jika mereka dapat berbicara.”
Mendengar
jawaban Nabi Ibrahim membuat Raja Namrud sangat marah dan ia merasa
dipermainkan oleh Nabi Ibrahim. Raja Namrud berkata, “Mana mungkin patung itu
bisa melakukan hal tersebut,”. Kemudian Nabi Ibrahim secara tegas menjawab,
“Kalau seperti itu, mengapa kalian masih tetap menyembah berhala-berhala itu
yang tidak bisa melakukan apapun?”
Sebagian dari kaum
penyembah berhala yang mendengar ucapan Nabi Ibrahim menjadi pengikut Nabi
Ibrahim namun ada pula yang masih ragu-ragu tentang hal itu. Beberapa dari
mereka berkata, “Bakar dia! Bakar!” akhirnya Nabi Ibrahim diseret dan diikat
pada sebuah tiang dan di sekelilingnya terdapat bambu-bambu dan kayu bakar.
Tetapi Allah
SWT menunjukkan kekuasan-Nya. Allah
berfirman yang artinya, “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim.” (Q.S. Al-Anbiya: 69). Setelah api padam, keluarlah Nabi Ibrahim
tanpa ada luka di tubuhnya. Setelah Nabi Ibrahim keluar dari perapian, beberapa
kaum yang melihat itu merasa terkejut, dan sebagian dari mereka mulai
mempercayai apa yang Nabi Ibrahim katakan tentang keberadaan Allah SWT.
Argumentasi:
Mungkin banyak
dari kita telah mendengar kisah-kisah para Nabi. Membaca dan memahami
kisah-kisah para Nabi, kita mendapatkan investasi nilai dan pelajaran berharga
dalam hidup kita. Kita akan mampu mengenali jati diri sebagai hamba Allah SWT,
seperti para nabi dan rasul-Nya. Kisah bagaikan laskar tentara Allah SWT, yang
menggelorakan jiwa, menghaluskan budi, mencerdaskan akal, menyemangatkan diri,
dan melambungkan cita-cita luhur nan mulia.
Mendengar atau
membaca kisah-kisah para Nabi membuat kita terkadang berfikir bahwa betapa
hebatnya kuasa Allah SWT. Nabi-nabi tersebut memiliki mukjizat yang diberikan
oleh Allah SWT salah satunya kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim as adalah nabi
ke-6 dalam sejarah rasul Allah yang wajib diimani oleh kita semua.
Nabi Ibrahim
termasuk dalam rasul-rasul Ulul Azmi. Ulul Azmi sendiri menurut artikel yang
saya baca memiliki arti yaitu seorang Rasul Allah yang memiliki ketabahan hati
yang luar biasa. Dari 25 Rasul Allah yang wajib kita imani, terdapat 5 Rasul
yang memiliki derajat Ulul Azmi, yaitu Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa
as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw.
Menurut saya, dipilihnya
Nabi Ibrahim sebagai salah satu rasul Ulul Azmi sangat masuk akal. Karena, Nabi
Ibrahim sendiri memiliki ketabahan hati yang sangat luar biasa. Ketika dia
menikah dengan Siti Sarah, mereka berdua tidak dikaruniai seorang anak.
Sehingga, Nabi Ibrahim pun menikahi Siti Hajar.
Setelah menikah
dengan Siti Hajar, akhirnya Nabi Ibrahim dikaruniai seorang anak yang diberi
nama Ismail. Sekian lama dia menunggu mendapatkan seorang anak, Allah SWT
mengujinya lagi untuk menyembelih putranya, Ismail. Timbullah pergolakan besar
dalam dirinya. Nabi Ibrahim diberikan cobaan yang sangat berat. Ujian yang
langsung berhubungan dengan emosi jiwa orang tua yang penuh cinta dan kasih
sayang.
Selain itu,
menurut saya Nabi Ibrahim merupakan sosok yang sangat gigih dan tidak mudah
putus asa. Ketika dia mencari keberadaan Tuhan di dunia ini, dia bertanya
kepada kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tuanya tidak dapat menjawab pertanyaan
Nabi. Ketika malam datang, Nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang lalu
menganggap kedua benda tersebut adalah Tuhan. Tetapi, kedua benda tersebut
terbenam, dan Nabi Ibrahim berkata bahwa dia tidak suka kepada yang tenggelam.
Lalu, ketika
siang datang Nabi Ibrahim melihat matahari yang sangat besar mengalahkan
besarnya bulan dan bersinar lebih terang melebihi bintang di malam hari. Namun
ternyata matahari juga terbenam seperti bulan dan bintang. Dia merasa sangat
kecewa akan hal itu. Pada akhirnya, dia pun mengetahui siapa pencipta dan
penguasa alam semesta ini dan dengan kedalaman pikirannya bahwa Allah itu satu.
Selain kedua
sifat diatas, Nabi Ibrahim merupakan sosok yang tidak pernah melakukan
kebohongan. Dia melakukan kebohongan, kecuali dalam tiga hal:
1.
Ia mengatakan
sakit sewaktu diajak ke tanah lapang.
2. Kepada Raja Namrud sewaktu ditanya apakah dia yang
menghancurkan patung-patung berhala nya.
3.
Kepada Raja
Mesir dia mengatakan bahwa Siti Sarah merupakan saudaranya. Kalau dia tidak
berkata demikian, istrinya akan dirampas oleh Raja Mesir, yaitu Fir’aun.
Ketika Nabi
Ibrahim pindah ke negeri Syam bersama dengan istrinya, Siti Sarah beserta Luth
yang kemudian menjadi Nabi juga. Sejak dahulu kala, negeri Syam merupakan negeri
aman dan sejahtera. Tidak lama kemudian Nabi Ibrahim pergi ke negeri Mesir.
Raja Mesir mendengar tentang kecantikan Siti Sarah, dan menyuruh Nabi untuk
menghadapnya. Setelah menghadap Raja Mesir, sang Raja bertanya kepada Nabi
Ibrahim, “siapakah perempuan yang bersama denganmu?” kemudian Nabi Ibrahim
menjawab, “Ia saudaraku.”
Tentu Nabi
Ibrahim melakukan kebohongan untuk suatu kebaikan. Nabi Ibrahim berdusta kepada
orang-orang yang akan menganiayanya. Atas izin Allah SWT, dibolehkannya
berdusta terhadap orang yang ingin menganiaya diri kita. Hal ini tercantum
dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 148 yang berarti, “Allah tidak menyukai
ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Selanjutnya,
menurut saya Nabi Ibrahim adalah sosok yang sangat bertanggung jawab dan taat
kepada Allah SWT. Sewaktu dia mendapatkan amanat untuk menyembelih anaknya
Ismail, dia langsung melaksanakan perintah tersebut. Maka berangkatlah Nabi Ibrahim
ke Mekah untuk menemui istri dan anaknya. Sesampainya di Mekah, Nabi Ibrahim
bertemu dengan Ismail dan diceritakannya wahyu yang diturunkan Allah. Dengan
penuh kasih sayang terhadap orang tuanya, Nabi Ismail menjawab, “Ayah jangan
bimbang. Jalankanlah perintah Allah. Aku siap menjalankannya,”. Nabi Ismail
menjawab dengan tegas dan mantap, tak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Nabi
Ismail.
Lalu
dilaksanakanlah penyembelihan tersebut. Nabi Ismail telah berbaring, beliau
siap melaksanakan perintah dari Allah SWT. Nabi Ibrahim memegang pedang tajam
di tangannya bersiap menekankan mata pedangnya ke leher Nabi Ismail. Namun
dengan tiba-tiba malaikat Jibril datang dan berkata, “Hentikan! Engkau telah
benar-benar melaksanakan perintah Allah SWT. Sembelihlah kambing ini sebagai
pengganti anakmu, Nabi Ismail. Makanlah dagingnya dan sedekahan sebagian kepada
para fakir miskin dan sebagian untuk keluargamu.” Peristiwa tersebut kemudian
diperingati sebagai hari raya Idul Adha oleh kaum muslim di seluruh dunia.
Selang beberapa
tahun, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mendapatkan amanat dari Allah SWT untuk
membuat Ka’bah di dekat telaga zamzam. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
segera membangun Ka’bah, Baitullah. Ka’bah inilah yang nantinya akan dijadikan
kiblat oleh semua umat Muslim di seluruh dunia. Selepas Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail membangun Ka’bah, Allah memerintahkan mereka berdua agar memanggil serta
melaksanakan haji baik umat yang dekat maupun umat yang jauh dari Ka’bah agar
mereka datang mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan haji.
Nabi Ibrahim
merupakan sosok panutan bagi umat Islam dalam berbagai hal. Misalnya dalam hal
keimanan, pengabdian, dan ketauhidan kepada Allah SWT. Dalam surat An-Nahl ayat
120 dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),”
Nabi Ibrahim
hidup selama 175 tahun lamanya, setelah menjalani hidup yang penuh dengan
rintangan, jihad, sabar, dan cobaan, Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai
bapak para nabi, dan memilihnya sebagai kekasih dan pilihan-Nya. Nabi Ibrahim
memiliki julukan istimewa yaitu Khailullah
yang bermakna Kesayangan Allah.Allah SWT sangat memuji perilaku serta sikap
Nabi Ibrahim dan menjadikan teladan bagi seluruh manusia di muka bumi ini.
Hendaklah kita
sebagai manusia yang taat kepada Allah SWT, senantiasa berdoa dan bermunajat
kepada-Nya agar kita terlindung dari marabahaya. Sifat-sifat Nabi Ibrahim
seperti diatas sangat pantas untuk ditiru bagi kita semua. Karena suatu masalah
pasti ada makna yang sangat berarti untuk kita di masa mendatang.
Dibuat dalam Rangka Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban Islam Akuntansi Syariah 2A IAIN Surakarta.
Link Google Docs: https://docs.google.com/document/d/1evQRxU4sXiyhxulR-Nz8PHu9JbK6_6CoOPyZyB-Je34/edit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar