Selasa, 01 Mei 2018

Esai Sejarah Peradaban Islam

Nama   : Rosmaulida Nur Hasanah
NIM     : 175221039
Kelas    : Akuntansi Syariah 2A

Pencarian Tuhan dan Suri Teladannya
Sumber Informasi:
Link Video               : https://www.youtube.com/watch?v=7fldb-lGrgE&t=8s
Diupload Oleh         : Fahri Yansyah
Dipublikasikan        : 9 Agustus 2017.
Diproduksi Oleh      : PT. Merak Indo Cipta Kreasi

Deskripsi Video:
Nabi Ibrahim dikenal sebagai ayah dari para Nabi. Pada masa Nabi Ibrahim lahir, terdapat raja yang berkuasa yaitu Raja Namrud. Raja Namrud mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir di negeri itu. Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala milik Raja Namrud untuk menyadarkan para kaum berhala untuk menyembah Allah dan kembali ke jalan yang benar. Keyakinan dan keteguhan terhadap agama Islam yang kuat dimulai ketika dia mulai mencari keberadaan Tuhan. Dia tidak mau orang-orang di sekitarnya menyembah berhala-berhala tersebut, namun dia dibakar hidup-hidup karena titah Raja Namrud. Namun, dengan kekuasaan Allah SWT, dia tidak mati dan dia selamat dari api yang sangat panas.


Deskripsi Isi:
Menurut silsilah, Nabi Ibrahim merupakan anak dari Azzar. Pada masa Nabi Ibrahim lahir, terdapat raja yang berkuasa yaitu Raja Namrud. Raja Namrud mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir di negeri itu. Walaupun ayah Nabi Ibrahim penyembah berhala, ia tidak sampai hati untuk membunuh Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim akhirnya dibuang ke hutan oleh ayahnya agar terhindar dari incaran Raja Namrud. Di dalam hutan tersebut Nabi Ibrahim bertambah besar dan sehat. Makanan yang dimakannya adalah madu yang keluar saat ia menghisap jarinya. Karena kuasa Allah-lah sehingga ia bisa melakukan hal tersebut.
Setelah Nabi Ibrahim mulai besar, ayahnya membawa pulang Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim tumbuh menjadi anak yang pintar dan dianugerahkan kemampuan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nabi Ibrahim selalu bertanya-tanya tentang alam semesta ini. Siapakah pencipta alam semesta ini? Siapa pula yang menguasai alam semesta ini? Namun, tak ada seorang pun yang dapat menjawab pertanyaan itu dan orang tuanya pun tidak dapat menjawab pertanyaan Nabi.
Pernah sekali Nabi Ibrahim bertanya kepada ayah dan kaumnya, “Apakah patung-patung ini yang sangat kalian sembah?” Para penyembah patung itu menjawab, “Nenek moyang kami menyembahnya sejak dahulu.” Nabi Ibrahim paham bahwa patung yang disembah mereka tidak dapat memberikan apapun kepada mereka. Mereka menyembah patung karena ajaran nenek moyang terdahulu. Mereka juga menganggap bahwa patung-patung tersebut membawa keberkatan, ketentraman, dan kedamaian.
Ketika malam datang, Nabi Ibrahim melihat bulan, dan Nabi menyangka bahwa bulan tersebut adalah Tuhan. Namun, ketika pagi datang bulan pun terbenam, Nabi Ibrahim berkata, “Aku tidak suka kepada yang tenggelam,”. Kemudian pada malam berikutnya, Nabi melihat bintang yang bersinar, dan Nabi pun juga menyangka bahwa bintang tersebut adalah Tuhan. Tetapi ketika bintang tersebut terbenam, Nabi Ibrahim pun merasa kecewa.
Pada suatu siang, Nabi Ibrahim melihat matahari yang sangat besar melebihi bulan dan bersinar terang melebihi bintang pada malam hari. Dan Nabi Ibrahim berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar,”. Namun, ternyata matahari juga terbenam. Betapa sangat kecewanya Nabi Ibrahim pada saat itu.
Nabi Ibrahim yang diberi kecerdasan, akhirnya mengetahui dengan kedalaman pikirannya bahwa Allah itu satu. Dan Allah-lah yang melindungi alam semesta ini, penguasa alam semesta ini. Nabi Ibrahim bertekad membersihkan kaumnya dari kemusyrikan dan menyelamatkan mereka dari kebodohan yang menyesatkan mereka.
Suatu ketika secara diam-diam, Nabi Ibrahim menghancurkan semua berhala-berhala menggunakan kapak hingga berkeping-keping. Semua patung dihancurkan kecuali patung yang paling besar. Setelah itu, kapak tersebut diletakkannya di sisi patung yang paling besar. Kemudian, Nabi Ibrahim dengan diam-diam pergi dari tempat tersebut tanpa ada seorang pun yang melihatnya.
Raja Namrud yang mengetahui dan melihat bahwa berhala-berhala di tempat peribadahan tersebut hancur, ia menjadi berang. Masyarakat sekitar terkejut dan bertanya-tanya siapa yang telah menghancurkan tuhan-tuhan mereka itu. Salah seorang dari mereka berkata “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala itu, namanya Ibrahim,”
Nabi Ibrahim ditangkap dan dihadapkan pada Raja Namrud. Sang raja bertanya, “Hai Ibrahim! Apakah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut?” Tanpa ragu-ragu Nabi Ibrahim menjawab, “Bukan aku yang melakukannya, tetapi berhala yang paling besar tersebut yang telah melakukannya. Tanyakan saja kepada patung itu, jika mereka dapat berbicara.”
Mendengar jawaban Nabi Ibrahim membuat Raja Namrud sangat marah dan ia merasa dipermainkan oleh Nabi Ibrahim. Raja Namrud berkata, “Mana mungkin patung itu bisa melakukan hal tersebut,”. Kemudian Nabi Ibrahim secara tegas menjawab, “Kalau seperti itu, mengapa kalian masih tetap menyembah berhala-berhala itu yang tidak bisa melakukan apapun?”
Sebagian dari kaum penyembah berhala yang mendengar ucapan Nabi Ibrahim menjadi pengikut Nabi Ibrahim namun ada pula yang masih ragu-ragu tentang hal itu. Beberapa dari mereka berkata, “Bakar dia! Bakar!” akhirnya Nabi Ibrahim diseret dan diikat pada sebuah tiang dan di sekelilingnya terdapat bambu-bambu dan kayu bakar.
Tetapi Allah SWT  menunjukkan kekuasan-Nya. Allah berfirman yang artinya, “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (Q.S. Al-Anbiya: 69). Setelah api padam, keluarlah Nabi Ibrahim tanpa ada luka di tubuhnya. Setelah Nabi Ibrahim keluar dari perapian, beberapa kaum yang melihat itu merasa terkejut, dan sebagian dari mereka mulai mempercayai apa yang Nabi Ibrahim katakan tentang keberadaan Allah SWT.


Argumentasi:
Mungkin banyak dari kita telah mendengar kisah-kisah para Nabi. Membaca dan memahami kisah-kisah para Nabi, kita mendapatkan investasi nilai dan pelajaran berharga dalam hidup kita. Kita akan mampu mengenali jati diri sebagai hamba Allah SWT, seperti para nabi dan rasul-Nya. Kisah bagaikan laskar tentara Allah SWT, yang menggelorakan jiwa, menghaluskan budi, mencerdaskan akal, menyemangatkan diri, dan melambungkan cita-cita luhur nan mulia.
Mendengar atau membaca kisah-kisah para Nabi membuat kita terkadang berfikir bahwa betapa hebatnya kuasa Allah SWT. Nabi-nabi tersebut memiliki mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT salah satunya kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-6 dalam sejarah rasul Allah yang wajib diimani oleh kita semua.
Nabi Ibrahim termasuk dalam rasul-rasul Ulul Azmi. Ulul Azmi sendiri menurut artikel yang saya baca memiliki arti yaitu seorang Rasul Allah yang memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Dari 25 Rasul Allah yang wajib kita imani, terdapat 5 Rasul yang memiliki derajat Ulul Azmi, yaitu Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw.
Menurut saya, dipilihnya Nabi Ibrahim sebagai salah satu rasul Ulul Azmi sangat masuk akal. Karena, Nabi Ibrahim sendiri memiliki ketabahan hati yang sangat luar biasa. Ketika dia menikah dengan Siti Sarah, mereka berdua tidak dikaruniai seorang anak. Sehingga, Nabi Ibrahim pun menikahi Siti Hajar.
Setelah menikah dengan Siti Hajar, akhirnya Nabi Ibrahim dikaruniai seorang anak yang diberi nama Ismail. Sekian lama dia menunggu mendapatkan seorang anak, Allah SWT mengujinya lagi untuk menyembelih putranya, Ismail. Timbullah pergolakan besar dalam dirinya. Nabi Ibrahim diberikan cobaan yang sangat berat. Ujian yang langsung berhubungan dengan emosi jiwa orang tua yang penuh cinta dan kasih sayang.
Selain itu, menurut saya Nabi Ibrahim merupakan sosok yang sangat gigih dan tidak mudah putus asa. Ketika dia mencari keberadaan Tuhan di dunia ini, dia bertanya kepada kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tuanya tidak dapat menjawab pertanyaan Nabi. Ketika malam datang, Nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang lalu menganggap kedua benda tersebut adalah Tuhan. Tetapi, kedua benda tersebut terbenam, dan Nabi Ibrahim berkata bahwa dia tidak suka kepada yang tenggelam.
Lalu, ketika siang datang Nabi Ibrahim melihat matahari yang sangat besar mengalahkan besarnya bulan dan bersinar lebih terang melebihi bintang di malam hari. Namun ternyata matahari juga terbenam seperti bulan dan bintang. Dia merasa sangat kecewa akan hal itu. Pada akhirnya, dia pun mengetahui siapa pencipta dan penguasa alam semesta ini dan dengan kedalaman pikirannya bahwa Allah itu satu.
Selain kedua sifat diatas, Nabi Ibrahim merupakan sosok yang tidak pernah melakukan kebohongan. Dia melakukan kebohongan, kecuali dalam tiga hal:
1.      Ia mengatakan sakit sewaktu diajak ke tanah lapang.
2.      Kepada Raja Namrud sewaktu ditanya apakah dia yang menghancurkan patung-patung berhala nya.
3.      Kepada Raja Mesir dia mengatakan bahwa Siti Sarah merupakan saudaranya. Kalau dia tidak berkata demikian, istrinya akan dirampas oleh Raja Mesir, yaitu Fir’aun.
Ketika Nabi Ibrahim pindah ke negeri Syam bersama dengan istrinya, Siti Sarah beserta Luth yang kemudian menjadi Nabi juga. Sejak dahulu kala, negeri Syam merupakan negeri aman dan sejahtera. Tidak lama kemudian Nabi Ibrahim pergi ke negeri Mesir. Raja Mesir mendengar tentang kecantikan Siti Sarah, dan menyuruh Nabi untuk menghadapnya. Setelah menghadap Raja Mesir, sang Raja bertanya kepada Nabi Ibrahim, “siapakah perempuan yang bersama denganmu?” kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ia saudaraku.”
Tentu Nabi Ibrahim melakukan kebohongan untuk suatu kebaikan. Nabi Ibrahim berdusta kepada orang-orang yang akan menganiayanya. Atas izin Allah SWT, dibolehkannya berdusta terhadap orang yang ingin menganiaya diri kita. Hal ini tercantum dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 148 yang berarti, “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Selanjutnya, menurut saya Nabi Ibrahim adalah sosok yang sangat bertanggung jawab dan taat kepada Allah SWT. Sewaktu dia mendapatkan amanat untuk menyembelih anaknya Ismail, dia langsung melaksanakan perintah tersebut. Maka berangkatlah Nabi Ibrahim ke Mekah untuk menemui istri dan anaknya. Sesampainya di Mekah, Nabi Ibrahim bertemu dengan Ismail dan diceritakannya wahyu yang diturunkan Allah. Dengan penuh kasih sayang terhadap orang tuanya, Nabi Ismail menjawab, “Ayah jangan bimbang. Jalankanlah perintah Allah. Aku siap menjalankannya,”. Nabi Ismail menjawab dengan tegas dan mantap, tak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Nabi Ismail.
Lalu dilaksanakanlah penyembelihan tersebut. Nabi Ismail telah berbaring, beliau siap melaksanakan perintah dari Allah SWT. Nabi Ibrahim memegang pedang tajam di tangannya bersiap menekankan mata pedangnya ke leher Nabi Ismail. Namun dengan tiba-tiba malaikat Jibril datang dan berkata, “Hentikan! Engkau telah benar-benar melaksanakan perintah Allah SWT. Sembelihlah kambing ini sebagai pengganti anakmu, Nabi Ismail. Makanlah dagingnya dan sedekahan sebagian kepada para fakir miskin dan sebagian untuk keluargamu.” Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya Idul Adha oleh kaum muslim di seluruh dunia.
Selang beberapa tahun, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mendapatkan amanat dari Allah SWT untuk membuat Ka’bah di dekat telaga zamzam. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail segera membangun Ka’bah, Baitullah. Ka’bah inilah yang nantinya akan dijadikan kiblat oleh semua umat Muslim di seluruh dunia. Selepas Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun Ka’bah, Allah memerintahkan mereka berdua agar memanggil serta melaksanakan haji baik umat yang dekat maupun umat yang jauh dari Ka’bah agar mereka datang mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan haji.
Nabi Ibrahim merupakan sosok panutan bagi umat Islam dalam berbagai hal. Misalnya dalam hal keimanan, pengabdian, dan ketauhidan kepada Allah SWT. Dalam surat An-Nahl ayat 120 dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),”
Nabi Ibrahim hidup selama 175 tahun lamanya, setelah menjalani hidup yang penuh dengan rintangan, jihad, sabar, dan cobaan, Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai bapak para nabi, dan memilihnya sebagai kekasih dan pilihan-Nya. Nabi Ibrahim memiliki julukan istimewa yaitu Khailullah yang bermakna Kesayangan Allah.Allah SWT sangat memuji perilaku serta sikap Nabi Ibrahim dan menjadikan teladan bagi seluruh manusia di muka bumi ini.

Hendaklah kita sebagai manusia yang taat kepada Allah SWT, senantiasa berdoa dan bermunajat kepada-Nya agar kita terlindung dari marabahaya. Sifat-sifat Nabi Ibrahim seperti diatas sangat pantas untuk ditiru bagi kita semua. Karena suatu masalah pasti ada makna yang sangat berarti untuk kita di masa mendatang.


Dibuat dalam Rangka Memenuhi Tugas Sejarah Peradaban Islam Akuntansi Syariah 2A IAIN Surakarta.

Link Google Docs: https://docs.google.com/document/d/1evQRxU4sXiyhxulR-Nz8PHu9JbK6_6CoOPyZyB-Je34/edit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar